Secara alamiah kulit putih bisa menandakan kesehatan dan kebersihan. Kulit yang putih mulus merupakan tanda perawatan wajah. Wajah yang putih cenderung lebih bersih dari kulit yang kusam dan lebih cerah. Kulit putih juga bisa disebut kulit yang cerah. Tapi cerah bukan berarti putih.
Pada zaman dahulu kulit wanita yang putih dimiliki oleh orang yang kaya. Kenapa demikian, wanita dari keluarga ningrat cenderung berada di bawah atap, tidak pernah bekerja. Mereka yang tidak terbakar sinar matahari memiliki kulit yang tentu saja lebih putih dari mereka yang bekerja di bawah sinar matahari. Belum lagi perawatan mereka, makanan mereka menimbulkan ciri tertentu dalam diri mereka.
Wanita ningrat ini tentu lebih baik dinikahi daripada yang lain. Selain itu wanita kaya menjadi panutan dari wanita yang lain dalam hal kecantikan. Karena itu menyebarlah sistem kecantikan ini. Hal ini tidak berubah sekarang. Mereka yang kaya berada di dalam rumah dan terhindar panas dengan AC.
Kesehatan juga mempengaruhi hal ini. Aku pernah membaca, walau sumbernya kurang jelas, bahwa warna kulit berpengaruh pada kesehatan. Warna kulit yang lebih putih lebih menguntungkan bagi orang eropa. Sedangkan warna kulit yang lebih hitam bagi orang afrika lebih menguntungkan. Karena itu Afrika pada masa dahulu semakin hitam semakin cantik.
Namun tetap saja kita tidak boleh menafikan kondisi sosial mengenai kulit putih ini. Idealitas Asia adalah kulit putih, mungkin pemahaman ini menular pada kita. Belum lagi pengaruh yang dibawa kebudayaan barat. Kita sangat memuja kebudayaan barat dan sering meniru mereka yang notabene berkulit putih. Iklan-iklan dan media-media mungkin juga membawa pengaruh besar. Bagaimanapun kita sebaiknya tidak terjebak pada mitos cantik itu putih, kesehatan akan membawa kecantikan yang natural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar